Hannibal – Season 1

Hannibal adalah sebuah series bergenre psychological horror-thriller yang bercerita tentang seorang psikiater forensik bernama Dr. Hannibal Lecter (Mads Mikkelsen). Series ini terinspirasi oleh karakter dan elemen yang terdapat dalam novel Red Dragon dan Hannibal karya Thomas Harris (Wikipedia).

Hannibal - Hannibal Lecter
Dr. Hannibal Lecter

Aku sendiri mulai familiar dengan karakter bernama Dr. Hannibal Lecter setelah nonton film The Silence of the Lambs, yang juga memang berdasarkan novel karya Thomas Harris. Sayang aku belum baca novelnya. Pasti seru. Seseru series dan filmnya. 

Sosok Dr. Hannibal Lecter digambarkan sebagai pribadi yang begitu dingin dan misterius. Dia seorang jenius dan punya banyak bakat. Nggak cuma berprofesi sebagai psikiater, dia juga dulu pernah bekerja sebagai dokter bedah. Selain itu, Hannibal punya kemampuan yang oke di bidang  musik dan pintar banget masak! Really?!

Hannibal suka mengundang beberapa koleganya ke rumah untuk menikmati masakan olahannya. Memang sih belum ada bukti kuat bagiku kalau daging-daging yang dia gunakan adalah daging manusia. Tapi aku merasa yakin itu memang daging manusia! Dan aku rasa Abigail Hobbs (Kacey Rohl) diam-diam mengenal apa yang dia makan. Dia pasti udah pernah nyoba makan daging manusia karena bapaknya kan pembunuh dan menilai bahwa tindakan memakan daging hasil buruannya (baik itu hewan atau manusia) adalah salah satu cara untuk menghormati hasil buruannya.

Series ini nggak cuma berpusat pada kehidupan misterius seorang Hannibal Lecter, tapi juga bercerita mengenai sosok bernama Will Graham (Hugh Dancy). Awalnya aku kira Will adalah mantan serial killer yang kemudian direkrut FBI untuk membantu mengungkap kasus-kasus pembunuhan berantai (kok bisa aku mikir gitu ya???), nggak tahunya Will Graham adalah seorang FBI profiler. Dia memang memiliki bakat khusus di bidangnya dan memang sudah menjadi keahliannya untuk memburu pembunuh berantai. Apa itu FBI profiler? Check this link outFBI Profiler

Cara Will Graham dalam melaksanakan pekerjaannya memang unik. Dia seolah menghayati benar “karya” si pembunuh berantai yang diselidikinya. Dia akan membayangkan dirinyalah yang melakukan pembunuhan keji tersebut, dan mengapa dia memperlakukan jasad si korban sedemikian rupa dan sedemikian artistiknya, hingga sering kali tindakannya ini seperti merasuki dirinya. Bahkan dia bisa sampai berhalusinasi dan menderita secara fisik.

Sehabis membayangkan hal tersebut, Will pasti suka bilang:

“This is my design.”

Hannibal - Season 1
Will Graham

Akibat pekerjaannya itu, Will lumayan sering mengalami sleepwalking  dan menderita gangguan psikologis yang disebut dissociative personality state, atau dengan kata lain Will Graham diduga mengidap kepribadian ganda. Jelasnya bisa dibaca di link berikut: DID

Aku sebenarnya curiga Will melakukan sesuatu yang mengerikan sewaktu dia berjalan dalam tidur. Tergilanya, mungkin aja Will melakukan salah satu pembunuhan sadis tersebut?! Mungkin aja, kan? Mengingat dia berada dalam kondisi nggak sadar. Pernah dia tiba-tiba terbangun di tengah jalan tanpa alas kaki, dan kakinya berlumpur. Untung jalanan sepi. Well, mungkin dia habis lari ke hutan karena dia sering sekali terobsesi dengan sosok seekor rusa. Ini ada hubungannya dengan korban pembunuhan di mana korbannya ditusukkan tubuhnya ke tanduk rusa.

Hannibal - Deer

Securiga-curiganya aku sama Will, aku tentu lebih curiga lagi sama Hannibal Lecter. Di film The Silence of the Lambs, dia memang diceritakan sebagai seorang psikiater/pembunuh berantai/kanibal. Jadi di series ini pun mestinya sama, dong. Namanya aja udah Hannibal. Jangan-jangan karena nama itulah dia menjadi sosok seorang kanibal. Selain itu, dia punya kulkas yang berisi banyak persediaan daging. Bisa aja itu daging manusia dan dia mulai membunuh begitu persediaanya menipis!

Hannibal dan Will mulai saling mengenal ketika Jack Crawford (Laurence Fishburne) menyuruh Will untuk berkonsultasi pada Hannibal karena kondisi psikologisnya yang terpengaruh setiap habis melakukan penyelidikan. Sebagai sosok yang dingin, Hannibal bisa dibilang “perhatian” pada Will. Tapi belakangan, Hannibal seolah ingin menjebak Will atas tindakan pembunuhan yang sudah dilakukannya (yang lagi-lagi memang belum cukup bukti).

Hannibal - Season 2
Dr. Alana Bloom

Jadi, sewaktu Will bercerita soal berbagai kejanggalan yang dialaminya berkaitan dengan kondisi psikologisnya, Hannibal menyuruh Will untuk menggambar sebuah jam yang menunjukkan waktu tertentu (mis:  jam tiga pas). Will merasa aneh dengan permintaan konyol tersebut, namun tetap dilakukannya. Hannibal terkejut ketika melihat jam yang digambar Will berantakan, padahal Will sendiri merasa dia udah menggambar jam berikut waktunya dengan benar. Hal inilah yang disembunyikan Hannibal. Karena gambar jam yang berantakan itu sesungguhnya adalah salah satu gejala kalau Will menderita dissociative personality state (DID). Namun begitu Dr. Alana Bloom (Caroline Dhavernas) bilang kalau Will menggambar jam yang berantakan, Hannibal bilang Will menggambar jam yang benar waktu dia tes. Malah Hannibal menilai kalau Will mungkin memalsukan tes gambar jam yang diberikan Dr. Alana Bloom. Di akhir cerita, si Will dipenjara. Padahal Alana tuh cinta banget sama Will. Ini pasti pukulan berat untuk dia. Semoga dia akan selalu percaya kalau Will nggak mungkin pelaku salah satu pembunuhan berantai tersebut. Hiks.

Ada hal yang menarik di series ini, yaitu mengenai sosok Dr. Abel Gideon (Eddie Izzard). Dia adalah dokter bedah yang membunuh istrinya. Dia ditangani oleh beberapa psikiater.  Menurut dugaannya, para psikiater tersebut mencoba untuk mencuci otaknya. Dia seolah dimanipulasi untuk mengakui bahwa dirinyalah sang Chesapeake Ripper. Maka dari itu dia mau balas dendam. Mungkin para psikiater ini udah kewalahan menangani dia dan terus ditekan FBI biar cepat kerjanya jadi pengin kerjaannya cepat beres.

Abel Gidieon ini menurutku mirip raut wajahnya dengan Hannibal Lecter versi The Silence of the Lambs. Kalau Med Mikkelsen kan cenderung ke pendiam raut wajahnya, tapi Abel Gideon ini cenderung ke sadis. Persis Anthony Hopkins waktu memerankan Hannibal Lecter di film tersebut.

Series ini memang bikin mikir karena ada beberapa istilah kedokteran, kimia dan hal-hal rumit lainnya yang nggak familiar. Malah aku sedikit bingung dengan segala pembunuhan yang terjadi di setiap episodenya. Muncul tokoh baru yang bikin aku tambah mikir. Mereka tuh lagi ngomongin apa sih dan gimana sebenarnya hasil penyelidikannya dan apa kaitannya dengan pembunuhan-pembunuhan yang lain? Tapi intinya, FBI ini lagi coba mengungkap siapa sebenarnya pelaku utama pembunuhan berantai yang mereka sebut Chesapeake Ripper. Karena ada pembunhan serupa yang menurut FBI, berdasarkan pemikiran Will, cuma meniru Chesapeake Ripper dengan tujuan untuk menutupi kejahatannya. Istilahnya, lempar batu sembunyi tangan. Udah gitu ada flashback dari Jack yang bikin cerita tambah ruwet. Meski complicated, justru di sanalah misterinya. Dan ini mungkin menunjukkan bahwa sudah banyak yang menjadi korban Hannibal. Mungkin ya…

Gara-gara series ini aku jadi berpikiran buruk sama para ahli bedah dan orang jenius lainnya, hehe. Apalagi ahli bedah ya, karena mereka kan udah biasa tuh menyayat tubuh pasien. Ah, tapi bukan ahli bedah aja sih. Di series ini ditunjukkan beberapa pembunuhan yang berkaitan dengan aspek agama, musik, dan obsesi. Macam-macam.

Karakter favoritku di series ini adalah Freddie Lounds, yang diperankan oleh Lara Jean Chorostecki. Dia adalah seorang jurnalis dan juga blogger, di mana blognya membahas soal pembunuhan berantai yang juga sedang diselidiki oleh FBI. Nama blognya adalah TattleCrime. Dia benar-benar cewek pemberani dan cerdas. Bahkan dia nggak berjengit sedikit pun waktu Dr. Able Gideon menunjukkan padanya gimana dia melakukan “pembedahan” pada korbannya dalam keadaan sadar! Aku suka gaya bicara Freddie yang santai, bibirnya yang cuma bergerak sedikit tiap kali dia ngomong, dan betapa tenangnya dia sewaktu diinterogasi oleh FBI. So cool! Meski nggak begitu sering muncul, semoga dia akan selalu ada sampai season terakhir dan jadi salah satu tokoh sentral dan makin berpengaruh.

Hannibal - Season 2
Freddie Lounds

Karena bercerita tentang penyelidikan pembunuh berantai, tentunya banyak sekali scene-scene yang bikin merinding. Kadang aku mikir, (sekalipun ini cuma series/unreal) kok bisa sih para serial killer itu membunuh dengan sekian sadis sekaligus artistik dan penuh makna? Mereka adalah orang “jenius” di bidangnya. Khusus buat karya pembunuhan yang di pantai itu, apa mungkin dia melakukannya seorang diri dan nggak ada satu pun orang yang melihat pekerjaan dia??? Mustahil!

Judul setiap episode di series ini unik-unik, lho. Nggak tahu bahasa apa yang dipake. Kayaknya sih bahasa Prancis. Dari 13 judul episode di season ke satu ini, cuma Sorbet yang judulnya lumayan familiar. Belakangan aku baru tahu kalau ternyata judul episodenya memang nama makanan/dessert khas Prancis.

Untuk series bergenre psychological horror-thriller, series ini memang luar biasa mantap, baik itu jalan cerita dan juga sinematografinya. Suasana yang “minimalis” bikin aura horornya bertambah. Minimalis di sini maksudnya, nggak banyak hal-hal yang nggak perlu. Ibaratnya seperti masuk ke rumah futurisik di musim dingin pada suatu malam yang begitu gelap. Musiknya senyap tapi mendesing. Aku suka banget sama musik pembukanya. Para psikiater dan agen FBI yang elegan dan cerdas. Dan dialog yang tajam dan nggak banyak basa-basi. Pokoknya elegan dan mencekam!

***

 

 

 

MY FINE LINE

 

 

“Everyone has thought about killing someone, one way or another, be it your own hand or the hand of God.”

(Will Graham)

 

 

“Our brain is designed to experience anxiety in short bursts, not the prolonged duress yours has seemed to enjoy. It’s why you feel as though a lion were on the verge of devouring you. You have to convince yourself the lion is not in the room. When it is, I assure you… you will know.”

(Dr. Hannibal Lecter)

 

 

“The family you’re born into isn’t really family. Those are just people you didn’t choose. You have to make family. That’s what we’re doing. We’re making our family.”

(Kidnapper)

 

 

Dialogue:

Hannibal: It wasn’t the act of killing Hobbs that got you down, was it? Did you really feel so bad because killing him felt so good?
Will: I liked killing Hobbs.
Hannibal: Killing must feel good to God too… he does it all the time. And are we not creating in his image?
Will: That depends who you ask.
Hannibal: God’s terrific. He dropped a church roof on 34 of his worshipers last Wednesday night in Texas, while they sang a hymn.
Will: And did God feel good about that?
Hannibal: He felt powerful.

 

 

“Human emotions are a gift from our animal ancestors. Cruelty is a gift humanity has given itself. The gift that keeps on giving.”

(Dr. Hannibal Lecter)

 

 

“Psychopaths are attracted to surgica fields. They offer power. They require the ability to make objective clinical decisions without feeling.”

(Miriam Lass)

 

 

“Every life is a piece of music. Like music, we are finite events, unique arrangements, sometimes harmonious, sometimes dissonant.”

(Dr. Hannibal Lecter)

 

 

“Psychopaths are not crazy. They’re fully aware of what they do and the consequences of those actions.”

(Dr. Hannibal Lecter)

 

 

“I had every reason to kill the others. They just had no reason to die. They never saw me coming unless I wanted them to see me coming. I could wave at a lady and smile, chew the fat with her in church, knowing I killed her husband. There is something beautiful about that ball of silence at a funeral, all those people around you, knowing that you made it happen.”

(Lawrence Wells)

 

 

“I don’t know if I will ever be myself again. If I’ve got any “self” left over. I spent so long thinking I was him, it’s gotten really hard to remember who I was when I wasn’t him.”

(Dr. Abel Gideon)

 

 

“Dementia isn’t a disease. It’s a symptom of disease!”

(Dr. Alana Bloom)

***

 

 

Berdasarkan Karakter dalam Novel Karya Thomas Harris: “Red Dragon” & “Hannibal”

Musik: Brian Reitzell

Sinematografer: James Hawkinson, Karim Hussain, Michael Marshall

Tayang Perdana: 4 April 2013

Nonton di: Netflix

Rating: 4 dari 5 Bintang

 

Ditulis oleh

cuma ingin hidup santai...

Tinggalkan komentar